Pages

Thursday, September 6, 2012

Nenek dan Surat




Senja hampir hilang. Kususuri bangku taman, teduhan pohon rindang, sepanjang jalan, dimana saja . Kemanapun yang kukira benar, ia kuharap disana. Namun tak jua kutemukan. Jingga langit seakan enggan berkawan, meronta ingin pulang. Ibu menelepon menanyakan. Aku menjawab dengan letih. Tak ada. Bahkan payung putih gadingnya tak terlihat.
Anganku berputar cepat. Mungkin ini karenaku. Penyesalan menyelimutiku penuh. 
Tak kusadari selembar kertas itu begitu berarti. Ia benar-benar pergi dengan selembar surat tua itu. Yang kemarin tak sengaja kutemukan di laci kamar. Lembar kusam kekuningan bertuliskan asal. Seorang lelaki tampan pengirimnya. Nenek ingin membuktikan lelaki itu masih setampan empat puluh tahun lalu. Mantan kekasih, yang pergi begitu saja. Aku kagum sungguh akan keberanian dan ketulusannya. Sayang, nenek lupa. Lelaki itu pergi ke surga.

4 comments: