Cinderella yang meninggalkan
sepatu kacanya, mungkin hanya angan. Tujuh kurcaci mendampingi sang putri lelap
pun membekas sebagai impian. Willy Wonka sang raja cokelat tak mungkin meninggalkan
ingatan. Kisah-kisah itu tak lekang digerus jaman. Kupikir hidup juga begitu.
Akan abadi dalam bahagia. Hari-hari tak terganggu usia. Namun kemana sang pencerita? Nyatanya, ia tak ada, termakan
masa. Pergi entah kemana. Saat kuajukan tanya, kakek memberi petunjuk jika ia di surga. Ayah
menjelaskan ia di alam berbeda. Ibu dan segala kisahnya pergi. Aku tak mengerti. Benar ia tak dapat kembali? Meski rindu kami tak dapat ditanggung kembali. Ibu hanya menjanjikan kisah. Sempat memiliki menjadi arti. Inikah khayalan?
No comments:
Post a Comment