Pages

Tuesday, September 24, 2019

Belajar demi Cerita Bergambar : Workshop Perjalanan Membuat Buku Anak oleh Clavis Publishing

Banyak yang menganggap menulis buku cerita anak jauh lebih mudah daripada menulis cerita dewasa. Pasalnya, kuantitas kata dari sebuah cerita anak jauh lebih sedikit. Benarkah demikian? 

***

Clavis Publishing, sebuah penerbit buku anak asal Belgia mematahkan anggapan itu. Berlokasi di Localist Coffee and Bistro di 19 September 2019, Surabaya kedatangan Philippe Werck dan Winda Susilo dari Clavis, serta Ratna Kusuma Halim yang merupakan penulis buku anak dan ilustrator. Clavis mengajak peserta workshop untuk mengenal dan praktik langsung menulis buku cerita anak. 

Werck yang kerap menyeleksi naskah mengungkap banyak hal terkait gambaran besar buku anak yang dianggap ideal. Dalam menulis cerita anak, hal mendasar yang perlu penulis pikirkan adalah target usia yang dituju. Apakah bayi, balita, atau early reader. Hal ini lah yang akan menjadi panduan penulis untuk melakukan seluruh tahapan dari proses penulisan. Bagaimana pun, pembaca lah yang "menjadi tuannya", dan perlakuan pada tiap tahapan usia anak berbeda-beda. Anak-anak membutuhkan banyak perlakuan khusus. Misalnya, anak yang belum bisa fokus pada banyak hal, perlu difokuskan pada satu tokoh utama saja. Cari tokoh yang disukai anak-anak. Misalnya seorang anak kecil, atau hewan-hewan lucu. Meski terdengar sepele, namun hal itu akan menentukan hubungan anak dengan cerita. Ketika anak memiliki rasa keterikatan karena dirinya atau kesukaannya terwakili, ia akan lebih mudah menikmati jalannya cerita. Penulis juga memikirkan tokoh tambahan jika perlu. Jumlahnya tak banyak, paling banyak hanya tiga tokoh. Hal ini juga terkait dengan pertimbangan apakah cerita yang ditulis akan menjadi buku tunggal atau seri. Untuk buku berseri, lebih baik jadikan tokoh cerita netral agar bisa banyak isu yang dikerjakan. 

Selain tokoh, penulis juga harus memikirkan masalah ceritanya. Kenali ketakutan pada anak seusia target pembaca agar terasa relevan. Hal-hal itu bisa didapat dengan mengamati anak dan memahami perkembangan psikologis dari masing-masing usia anak. Setelah mengetahui masalahnya, berikan penyelesaian masalahnya. Ada dua cara penyelesaian : tokoh menyelesaikan masalahnya sendiri, atau tokoh menerima masalahnya (acceptance).

Clavis memiliki kualifikasi tertentu untuk buku-buku terbitannya. Buku anak bergambar disyaratkan 24 halaman saja dengan kertas ukuran 170 gram. Dengan rincian halaman spread pertama untuk perkenalan unsur cerita, halaman spread kedua untuk pemecahan masalah, dan sisa halamannya digunakan untuk menyelesaikan masalah cerita. Dalam menyelesaikan masalah, jangan lupakan dinamika cerita. Grafik tension yang turun, bisa kembali menurun, hingga naik di bagian penyelesaian masalah. Anak-anak juga suka humor. Penulis bisa menambahkan detail tersebut dengan kejutan di akhir yang menghibur. Terkait sudut pandang, dalam menulis cerita anak penulis harus mengambil sudut pandang anak-anak, bukan dewasa. Misalnya, ketika seorang anak diminta orang tuanya untuk segera tidur, itu adalah sudut pandang orang dewasa. Sudut pandang masalah dari sisi anak-anak adalah dia diminta orang tuanya untuk tidur. Penulis baiknya berpihak pada anak dengan mengambil sudut pandangnya.


Ketika cerita ditulis, Werck menyarankan penulis membuat semacam story board yang berisi informasi apa saja yang ingin ditampilkan sebagai jembatan dengan ilustrator. Pertimbangan penting bagi ilustrator, porsi tulisan dan gambar harus seimbang. Perkirakan waktu membaca tulisan dan waktu anak untuk mengamati gambar agar berdurasi sama. Jika perlu, coba bacakan naskah pada anak-anak terlebih dahulu. Ilustrator tak semerta-merta menggambar. Ia pun harus mengerti untuk usia berapa buku tersebut dituju, dan pertimbangan psikologis anak apa yang perlu diambil. Misalnya untuk anak usia 1 tahun, gambarkan tubuh gajah secara keseluruhan. Mengingat anak usia tersebut kemungkinan belum pernah melihat gajah secara langsung. Ilustrator juga baiknya tak menambahkan terlalu banyak detail pada latar belakang karena berpotensi menjadi distraksi. Lebih baik fokus dengan apa yang disampaikan, gunakan warna-warna lembut, dan mainkan warna terang dan gelap. 

Menariknya, Werck juga selektif dalam menerima naskah. Mereka akan menolak naskah yang merupakan "fast media". Fast media artinya cerita yang disajikan dalam gambar-gambar yang berubah-ubah dengan cepat, seperti adegan film atau komik manga. Semakin cepat gambar berganti, ekspresi tokoh juga akan semakin banyak. Hal itu berseberangan dengan konsep sebuah picture book. Anak-anak membutuhkan emosi yang natural, bukan ekspresi yang ekstrim dari tokoh. Ilustrator disarankan untuk tidak menggunakan fast media jika menggambar untuk picture book. Anak-anak lah yang memiliki kebebasan menentukan kapan halaman harus dibalik. Anak sebagai pembaca adalah yang utama. Mereka ingin melihat gambar sejelas mungkin, sehingga bentuk gambar pun jangan terlalu jauh dari kenyataan yang dilihat sehari-hari. Gerakan tokoh pun sebaiknya searah dengan proses baca anak, dari kiri ke kanan. Pentingnya perencanaan yang menyeluruh bagi ilustrator, karena ketika membuat ilustrasi, ilustrator harus bisa membayangkan bagaimana hasil akhir dari bukunya. 

Dengan banyaknya keberagaman di dunia, isu yang diangkat dalam buku anak pun harus menyesuaikan dan general agar tetap terasa relevan bagi banyak anak. Pada akhirnya, anak lah yang menentukan apakah buku tersebut berhasil atau tidak, bukan penerbit atau penulis. Upaya maksimal sebagai penulis buku anak adalah dengan menarik perhatian anak-anak melalui cerita terbaik.

Menanggapi apakah Clavis juga menerima cerita anak dengan selipan budaya lokal, Werck mengatakan tidak masalah, karena bisa diselipkan sebagai detail, namun bukan general issue bagi anak-anak. Apakah sebuah cerita anak harus selalu gembira? Cerita anak tidak harus selalu demikian. Kesedihan boleh ditampilkan untuk mengajarkan penerimaan dalam diri anak-anak. Syaratnya, cerita itu harus tetap berakhir penuh harapan (hopeful).

***


Ratna Kusuma Halim juga memberikan banyak masukan menarik. Sebagai seorang yang merangkap menjadi penulis dan ilustrator, Ratna mengungkap picture book dengan atau tanpa teks bersifat sama penting. Ratna memberi kritik pada buku anak-anak tersohor, seri Peter Rabbit milik Beatrix Potter. Baginya, buku tersebut tak bisa disebut sebagai picutre book karena teksnya sekadar mengulangi apa yang disampaikan pada gambar.

Picture book dibagi dalam tiga jenis : 
Board book
Picture book untuk anak usia 3-7 tahun 
Picture book untuk pembaca awal. 

Elemen cerita anak yang Ratna ungkap adalah : 
1. Tema
Tema terbaik adalah tema yang dekat dengan dunia anak-anak
2. Karakter
Karakter harus mengalami perubahan setelah melewati dinamika cerita. Pemilihan karakter pun harus yang memiliki keterikatan dan dekat dengan anak-anak. Selain itu, karakter juga harus memiliki tujuan yang jelas. Karena karakter yang kuat dengan tujuan yang jelas akan menciptakan aksi di sepanjang cerita
3. Konflik
Berhasil atau gagalnya tokoh dalam menghadapi konflik bukan masalah, asal seluruhnya memiliki alasan
4. Plot "Awal-Tengah-Akhir" 
Pola umum dalam cerita juga perlu diterapkan pada buku cerita anak. Seluruh prosesnya bertujuan menyajikan perjalanan karakter. Bagian akhir jangan menggantung karena anak sebagai pembaca harus dipuaskan. Karena anak sudah memiliki keterikatan dengan karakter yang dimaksud, penulis perlu memastikan jika karakter baik-baik saja. Hindari cerita yang datar dengan solusi masalah yang datang dari langit (masalah selesai begitu saja tanpa logika yang jelas dan upaya dari tokoh untuk menyelesaikannya)
5. Pesan Tersembunyi
Hindari tokoh orang dewasa membantu karakter untuk menyelesaikan masalah, dan jangan sampai ada petuah secara verbal dalam buku.

Buku yang memuaskan pembacanya adalah buku yang bisa memberikan efek emosional. 

Unsur sebuah buku anak yang baik : 
1. Mendidik
Anak-anak harus mendapatkan sesuatu setelah membaca
2. Menghibur
Pesan yang dimaksud harus disampaikan dengan menyenangkan agar tidak membosankan
3. Memukau
Tipnya, bisa ditambahkan ekstra cerita kecil untuk menghibur pembaca

Dalam merevisi, yang perlu diperhatikan kembali adalah apa naskah penulis sudah sesuai dengan target usia pembaca? Apakah kisah sudah cukup menarik dan anak-anak bisa menikmatinya? Apa kalimat yang digunakan sudah sesuai?

Bagi ilustrator, Ratna mengungkap tip membuat ilustrasi yang memukau : 
1. Karakter jelas dan konsisten
2. Show don't tell
Jangan gambar apa yang sudah diwakili oleh teks
3. Gambarkan ide bukan benda, gambarkan aksi bukan pose, gambarkan gestur bukan struktur anatomi tokoh. Jika teks di bagian atas ilustrasi, ilustrasikan kata kerja terakhir yang disebutkan dalam kalimat teks. Sebaliknya, jika kalimat teks di bawah, gambarkan kata kerja pertama yang disebutkan.
4. Perhatikan angle
5. Arahkan gambar untuk halaman selanjutnya
6. Sediakan tempat untuk teks agar tidak berdesakan
7. Jangan meletakkan ilustrasi di tengah lipatan halaman
8. Ekspresi karakter berubah disesuaikan dengan emosi dalam cerita

Untuk sampul, yang perlu diperhatikan adalah :
1. Menarik
Buku hanya memiliki waktu sekian detik untuk memukau anak-anak lewat sampul
2. Hanya satu fokus utama di sampul
3. Warna dan style sesuai dengan ilustrasi di dalam buku 
4. Judul harus terbaca jelas dan mengundang
5. Wajah karakter menghadap pembaca

Ratna mengungkap jika tahapan dalam membuat ilustrasi adalah dimulai dengan story board, diikuti sketsa, sketsa detail, dan pewarnaan sebagai tahap akhir.

Dengan segala detail itu, proses membuat sebuah picture book yang sesungguhnya sangatlah rumit dan tak mudah. Penulis dan ilustrator sebagai orang dewasa harus melakukan banyak penyesuaian dan perlakuan khusus pada naskah dan ilustrasi. Namun tak benar ketika harus menyerah. Buku yang baik akan memberi dampak dan menjadi teman bagi anak sepanjang masa hidupnya.