Pages

Monday, April 1, 2019

Semangat Kolaborasi Worldship Orchestra

Semangat memberikan edukasi musik kembali dihadirkan oleh Worldship Orchestra asal Jepang. Beberapa kali mengunjungi Surabaya sebelumnya, WSO kali ini memilih 17 Maret 2019 untuk kembali menyapa publik Surabaya. Bersama Penakita Foundation, kali ini WSO seakan ingin lebih mendekatkan  pada misi edukasinya, dengan memilih untuk tampil di Hall Nation Star Academy, sebuah sekolah di Surabaya Timur. Mengambil tajuk Worldship Orchestra Friendship Concert 2019, WSO mengutamakan kemeriahan dan kegembiraan malam itu. 



Pertunjukan kali ini dibuka oleh grup Kulintang dan Angklung dari siswa-siswi NSA. Bukan hanya membawakan lagu-lagu daerah seperti Yamko Rambe Yamko yang memberikan nuansa gempita di telinga audiens, grup ini juga memberi greget dengan menyajikan dinamika yang berbeda dengan bentuk aransemen lain pada lagu yang sama. Menariknya, di sesi ini personel WSO turut ambil bagian. Dengan latihan yang singkat dan semangat bertukar budaya, personel WSO tampil sangat baik. Selain menyajikan nuansa budaya, grup Kulintang juga menghadirkan "Flashlight" milik Jessie J yang membuktikan kemampuan alat musik ini sanggup untuk melebur dengan budaya luar. 

WSO diisi oleh 40 orang personel yang terdiri dari musisi-musisi profesional yang berkeliling ke negara-negara di Asia Tenggara seperti Kamboja, Filipina, dan Indonesia secara rutin. WSO masih mengusung misi yang sama, yaitu mengenalkan musik klasik pada publik. Meski bersifat sangat santai, namun penampil tak alpa membuka pertunjukan dengan lagu kebangsaan Indonesia dan Jepang.

Masih mengusung konsep yang kurang lebih serupa dengan pertunjukan sebelumnya, WSO menghadirkan nuansa kereta api dengan derap-derap yang penuh semangat. Komposisi Winds and Percussions dari Orient Express dihadirkan sebagai pengantar pada audiens tentang eksplorasi berbagai instrumen yang ada pada orchestra. Perkusi dan woodwind mengambil peran menghadirkan deru kereta. Nuansa itu semakin lengkap dengan bunyi peluit. Seperti biasa, WSO tak melupakan sisi hiburan yang total untuk audiens. Ketika komposisi dimainkan, salah seorang personel hadir dengan kostum masinis. Tak dibiarkan sia-sia, sekelompok personel lain pun berkeliling ruangan dengan berbaris, seakan membentuk konfigurasi kereta api. Background musik dan upaya persuasi yang menghibur menjadikan audiens merasa sedang diajak bergembira dengan menumpang kereta api. Sebagai pembuka, komposisi ini cukup menghibur dan catchy.

Pengenalan instrumen tak berhenti sampai di situ. WSO menggaet audiens dengan komposisi sederhana Twinkle-Twinkle Little Star. Semua instrumen mendapat giliran untuk diperkenalkan, mulai woodwind, percussion, hingga string instruments. Masing-masing mengambil melodi secara bergantian untuk memberi gambaran pada audiens tentang karakter instrumen.

Audiens diajak untuk menikmati suasana tango kemudian. Solois Saxophone dari WSO mengambil panggung dengan menyajikan Four Pictures from New York. Power Saxophone terasa kurang dominan dibanding orchestra di komposisi ini. Dibuka dengan not-not rapat dan menghentak, dinamika diajak meningkat secara cepat. Perlahan, tension diturunkan ke nuansa ballad dan grande. Meski dinamika naik turun, namun kerjasama antara orchestra dan solois dapat menjadi sebuah paduan yang hebat ketika saxophone dapat lebih rapi, sehingga artikulasi pun dapat dirasakan dengan jelas oleh audiens.

"West Side Story" medley menjadi sajian berikutnya. Nuansa broadway yang ringan, lincah, dan menyenangkan di awal membawa audiens seakan berjalan di sebuah kota di New York. WSO cukup baik menyajikannya dengan dinamika yang tergarap baik. Komposisi yang cukup panjang ini sengaja diulik semi teatrikal oleh WSO dengan menghadirkan talent sepasang laki-laki dan perempuan muda yang berakting tentang kisah mereka, sesuai konsep Leonard Bernstein yang terinspirasi oleh kisah Romeo dan Juliet ketika menciptakan komposisi ini. WSO berani mengambil risiko menyajikan adegan semi teatrikal yang justru dapat mengambil fokus utama dari penonton. Namun audiens sangat terhibur dengan konsep tersebut. Kembali pada fokus WSO untuk mengenalkan musik dengan cara menyenangkan, tak heran tiba-tiba di komposisi ini conductor turun panggung dan berkeliling ke antara sela-sela bangku penonton. Trik ini sukses menghilangkan jarak antara penampil dan audiens. 

Menginjak sesi kedua, WSO berkolaborasi dengan Amadeus Orchestra membawakan potongan dari "Eine Ideine Nachtmusik" milik Mozart yang tersohor. Dibuka dengan melodi yang sangat familiar bagi audiens, komposisi ini dihadirkan dengan agak berbeda dengan memotong dan memainkan dinamika ekstrim untuk menggiring audiens pada nuansa edukasi. Conductor diperkenalkan dan didemokan apa saja tugasnya. Mengambil sudut interaktif, beberapa audiens diajak untuk mencoba mengemban tugas conductor. Tentu pengalaman itu menjadi hal yang tak terlupakan bagi audiens.

Dokumentasi : Amadeus Enterprise

"Pomp and Circumstance no.1" karya Sir Edward Elgar tentang kelulusan dipilih menjadi sajian berikutnya. Dibuka dengan derap-derap rumitnya nuansa mars yang akrab dengan ketegasan dan hentakan, disusul dengan ketenangan yang megah bisa diatasi dengan baik oleh WSO. 

Sebelum membawakan "Symphony No.3 Organ" milik Saint Saens, orchestra sempat mengalami kendala sesaat pada salah satu section, sehingga audiens harus menunggu beberapa saat sebelum komposisi dimainkan. Dengan rendah hati, conductor membungkukkan badan, memohon maaf pada audiens terkait kendala tersebut. Not-not yang rapat dan rumit menjadi tantangan meski legato terjalin sepanjang komposisi. Sahut-sahutan antara organ dan strings harus terjalin mulus. Materi tematik yang ada pada komposisi ini, serta nuansa yang cenderung datar membuat komposisi ini menantang fokus audiens. Berkisar pada addagio, allegro, hingga presto karya ini banyak memainkan tempo sebagai daya tarik.


Seluruh pertunjukan ditutup dengan semangat kebersamaan melaluin kolaborasi WSO, Amadeus Orchestra, serta NSA  junior orchestra yang membawakan "Lihatlah Lebih Dekat", sebuah komposisi popular di tahun 90-an dari film "Petualangan Sherina". Nico Allan dan Patrisna May Widuri menjadi arranger untuk komposisi ini. 

Lepas dari konsepnya yang masih serupa seperti pertunjukan sebelumnya, melalui panggung kali ini, WSO masih konsisten menunjukkan misinya untuk memberikan edukasi pada publik Surabaya. Membawa musik sebagai jembatan kegembiraan bersama antara penampil dan audiens selalu menjadi ciri khas mereka. Semangat kolaborasi dan bertukar budaya dari WSO tampaknya akan selalu dinanti dan berhasil menularkan hal positif pada bakat-bakat musik muda di Surabaya.