Pages

Monday, February 5, 2018

Ekplorasi Bunyi Baru ala duo Siedl-Cao

"It's gonna be really depressing."
Perempuan asal Vietnam bertubuh mungil dan berkacamata, Lan Cao, beberapa saat kemudian membuktikan ucapannya. Satu per satu peserta workshop maju ke panggung, bersama Cao dan Siedl, rekannya asal Vienna, secara bersamaan mereka tertawa keras tanpa henti. Di dalam kegelapan total ruangan itu, ponsel di tangan mereka masing-masing terus berkelip menghadirkan layar yang terus berganti-ganti warna. Setiap habis jeda sekian detik yang ditandai dengan redupnya cahaya dari ponsel mereka, tawa akan kembali menggaung, terus menerus.

***

Mengeksplorasi musik bersama, duo Gregor Siedl dan Lan Cao yang berasal dari Vienna dan Vietnam mengajak publik Surabaya meluaskan cakrawala musiknya dengan menghadirkan berbagai bentuk berbeda dari eksplorasi bunyi. Pertemuan Musik menghadirkan mereka di dua kota, Jakarta dan Surabaya di awal tahun 2018 ini. Bertekad tak hanya menghadirkan musik elektronik, duo composer-performer yang telah tampil di berbagai festival musik di dunia, antara lain Festival Krieg Singen di Berlin, FTARRI di Tokyo, Sappho di Taipei, CHELA di Buenos Aires, dan sebagainya ini juga memadukan unsur teatrikal dan interaksi dengan audiens sebagai keunggulan mereka dalam menghadirkan musik kontemporer.




Duo ini hadir di Wisma Jerman Surabaya tanggal 29-30 Januari 2018 lalu. Siedl dan Cao yang merasa bosan dengan "konsep" musik yang biasa mereka tekuni, ingin membawa musik mereka sendiri yaitu musik eksperimental dengan improvisasi dan partisipasi dari audiens. Siedl dan Cao ingin melibatkan orang lain dalam pertunjukan mereka. Bukan hanya peserta workshop yang mereka tatar, namun juga audiens. Mereka meyakini bahwa semua orang bisa bermusik. Seperti pada komposisi kedua yang mereka tampilkan, seorang audiens diajak naik ke panggung untuk mengunyah kerupuk. Tak sekadar mengunyah, bunyi gemerisik dari mulut kunyahan kerupuk tersebut dipadukan dengan efek audio elektronik tertentu yang telah direkam sebelumnya. Bunyi seperti suara air yang menggelegak dan bunyi frekuensi tinggi seperti cicit anak ayam, suara robotik, dan gemerisik noise itu berpadu dengan suara kerupuk. Sementara itu, kedua penampil melakukan aksi teatrikal dengan berlutut di sisi berlainan seraya mengatupkan tangan seperti berdoa menghadap sang pengunyah kerupuk. Hal itu terus berlangsung hingga bunyi usai diperdengarkan.

Aksi teatrikal selalu hadir di setiap komposisi yang ditampilkan duo Siedl dan Cao. Ekspektasi dan interpretasi penonton dimainkan ketika mereka membuka pertunjukan dengan melakukan aksi diam berpangku tangan di depan laptop masing-masing. Mereka mengisi sunyinya ruang dengan bermain bunyi gaung yang muncul dari perangkat musik elektronik yang terhampar pada meja. Selain frekuensi munculnya bunyi, mereka juga bermain dengan tekstur, timing, dan amplitudo.

Dokumentasi Pertemuan Musik Surabaya


Bukan hanya bermain dengan bunyi dari instrumen yang mereka gunakan, duo Siedl/Cao juga bermain dengan suara dari mulut mereka. Di komposisi ketiga yang mereka bawakan, Cao mengambil posisi di belakang instrumen yang mengubah suara dari mulutnya menjadi sebuah sajian musik elektronik dengan pola berulang yang bermain pada tempo dan efek bunyi. Sementara Siedl berdiri di tengah kegelapan dan membawa lampu putar yang memantulkan berbagai lingkaran warna-warni di penjuru ruangan.

Menyebut komposisi mereka sebagai "Playing in Tune", kali ini duo Siedl melibatkan clarinet, sementara Cao memainkan theremin, sebuah alat musik elektronik yang memanfaatkan kapasitor dan logam untuk menghasilkan bunyi. Clarinet ditiup perlahan dengan satu not panjang, bersama dengan bunyi theremin yang terdengar seperti petikan dari Cao. Hasilnya, bunyi yang terdengar seperti suara gaung dan bunyi laut, sesekali suara bass. Di kesempatan berikutnya, duo ini masih aktif mengeksplorasi berbagai benda. Kali ini mereka menggunakan kamera saku yang terhubung pada perangkat audio. Mereka bermusik dengan mengambil foto selfie diri mereka sendiri atau foto audiens. Setiap kali gambar diambil, saat itu juga terdengar bunyi yang berbeda.

Komposisi terakhir disebut oleh duo ini sebagai "partly installation, partly perfomance". Siedl meniup clarinet dengan perlahan, sementara Cao menghasilkan bunyi selotip yang ditarik dan disobek secara terbata-bata. Seakan ingin membawa pesan bahwa musik bisa dihasilkan dari benda apa saja, instalasi yang dimaksudkan duo ini ditunjukkan dengan robekan selotip yang dipasangkan satu per satu pada stand mic. Di tengah penampilan itu, lampu dimatikan, masing-masing dari mereka mengenakan lampu pada kepala,saat itulah dinamika musik meningkat. Ujung selotip yang ditempelkan sejenis besi menghasilkan suara ketukan, Cao pun menggunakan berbagai alat lain untuk dibenturkan pada besi-besi tersebut, sehingga menghasilkan bunyi yang menyerupai gergaji listrik. Di bagian akhir, mereka menunjukkan aksi teaktrikal dengan diam berlutut menghadap stand mic dengan lampu di kepala yang dikedipkan.

Setengah pertunjukan berikutnya diisi oleh bagaimana duo Siedl dan Cao berkolaborasi dengan pesera workshop yang mereka bimbing di hari sebelumnya. Di sesi ini ekspresi teatrikal lebih banyak hadir. Mereka memanfaatkan instrumen, tubuh, benda-benda di sekitar. Penampil terlihat tampak cair dan kolaboratif. Siedl dan Cao tak tampak sebagai mentor, namun justru membaur bersama penampil lainnya. 

Dokumentasi Pertemuan Musik Surabaya


Duo Siedl/Cao terasa unik dengan kemampuan mereka untuk mengeksplorasi musik dengan memanfaatkan segala jenis benda, dan penekanan pada interaksi dengan audiens. Mereka mengaku memilih jalur musik ini karena merasa mampu mengeksplorasi dunianya sendiri ketika melakukan musik eksperimental dibanding jenis musik yang sebelumnya mereka mainkan. Pun mereka memasrahkan makna sepenuhnya pada interpretasi pendengar. Siedl dan Cao pun mengaku tak memiliki aturan dan keharusan dalam mencipta bunyi. Inspirasi bisa diawali dengan apa saja, baik instrumen maupun ide suara yang ingin diciptakan. Duo ini pun dalam memaknai apa yang mereka pilih dan lakukan. Enggan sekadar berorientasi pada hasil, mereka lebih memilih menikmati proses berkembang dengan terus mencari dan mencoba hal baru, dibanding sekadar berpuas diri setelah selesai memainkan sebuah komposisi.





2 comments:

  1. Prediksi Bola
    Membahas semua tentang ayam : https://pemainayam.net/ << Klik untuk tambah wawasan kamu !

    ReplyDelete
  2. Kualitas artikel kamu bagus gan.. Sa suka baca artikel kamu.. seperti artikel berjudul 4 Tahapan Perawatan Ayam

    ReplyDelete