Pages

Monday, February 8, 2016

Tape-Music oleh Piet Hein

Sonologis asal Belanda, Piet Hein kembali membagikan pengetahuan musik yang berbeda untuk publik Surabaya. Ketertarikan Piet Hein pada eksplorasi bunyi selama bertahun-tahun meluas hingga pada sejarah instrumen/tool baru. Pertemuan Musik Surabaya di tanggal 3 Februari 2016 kembali mengundang beliau untuk hadir dan memperluas cakrawala musik audiens. Berlokasi di Wisma Jerman Surabaya, Piet Hein tampak idealis namun humoris. Berbagai persiapan untuk sound juga ia lakukan sendiri dengan memperhatikan detail bunyi yang terdengar. Karena beberapa kendala detail teknis sound, Piet Hein bahkan sempat meminta maaf karena bunyi yang ia putarkan tidak terdengar maksimal, karena ia tidak hanya akan memberikan pengetahuan mengenai tape-music, melainkan juga menampilkan sejumlah komposisi sesuai dengan perkembangan eranya.

Musik turut berkembang dengan zaman. Teknologi begitu terpengaruh dalam prosesnya. Era baru dihias dengan berbagai kemungkinan perluasan variasi bunyi. Proses tersebut telah berlangsung sejak pertengahan 1900an di mana Theremin dan Onde Martenot muncul sebagai instrumen musik baru yang didukung tenaga listrik. Begitu pula dengan penemuan elektromagnetik yang memungkinkan penempatan bunyi pada sebuah layer. Layer ini kemudian menjadi sambungan metal pada bentuk pertama instrumen. Dicontohkan penerapannya pada kaset dan alat putarnya.

Penyimpanan bunyi dengan alat tersebut telah berlangsung dalam beberapa dekade, yang kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk digital. Tape recorder mulai muncul di masa perang dunia ke II. Meski awalnya digunakan untuk kepentingan perang, kreatifitas manusia membawanya sebagai alat untuk merekam musik. Tak hanya berhenti di situ, tape juga dimanfaatkan untuk memanipulasi bunyi dengan melakukan proses editing dan mixing.

Tape menjadi media penting dalam musik, hingga mampu melahirkan Concrete Music (Musik Konkret), Electronic Music (Musik Elektronik), SoundScape serta Electro Accoustic Music di kisaran tahun 1945 hingga 1980. Setelah tahun 80an, merekam dengan cara digital memungkinkan dilakukannya berbagai bentuk dan variasi manipulasi bunyi dengan software. 

Piet Hein berkali-kali menegaskan bahwa tape music bukan tentang era atau genre musik, namun tentang tool atau instrumen. Terdapat perbedaan yang jelas antara tape-music dengan instrumen klasik barat. Dalam penemuannya, instrumen klasik tersebut hanya memberikan warna bunyi yang berbeda. Sedangkan tape-music menghasilkan style baru dalam penciptaan komposisi

Ialah Pierre Schaeffer yang pertama kali menggagas tape-music, dengan merekam bunyi dari lingkungan sekitar, kemudian di-edit dan dikombinasikan dengan bunyi lain. Hasil rekam bunyi tersebut diolah menjadi komposisi Etude Aux Chemins de Fer di tahun 1948, di mana Schaeffer mengambil bunyi-bunyi dari kereta, seperti peluit, bunyi roda kereta yang berbenturan dengan rel, hingga deru kereta yang menjauh. Schaeffer meng-edit dan menggabungkannya hingga menjadi  satu komposisi baru yang menarik. Komposisi tersebut kemudian dikenal sebagai karya pertama untuk musik konkret (concrete music)

Lain lagi dengan Variation Pour Une Porte Un Soupir (Variasi untuk Pintu dan Napas). Pada komposisi ini Henry memadukan bunyi pintu dengan napas manusia. Hanya dengan merekam unsur bunyi pintu dan napas, Henry pun mengolah bunyi, melalui proses editing, menjadi satu komposisi yang baru dengan durasi sekitar 47 menit. Kualitas produksi terlihat jauh lebih baik ketimbang milik Scaheffer meski hanya berjarak 15 tahun kemudian.  

Piet Hein kembali mengajak audiens mengenal komposisi Henry yang diciptakan empat tahun setelah komposisi terakhir yaitu Messe pour Le Temp Present (Mass for the Present Time). Komposisi ini sangat berbeda dengan tipikal musik Pintu dan Napas, jika dibahasakan dengan bahasa terkini, musik Henry ini terkesan seperti musik Pop, dengan menggabungkan juga dengan jenis Jazz dan kontemporer di dalamnya. Bunyi yang diolah dan diperdengarkan terkesan jauh lebih ramai dan lebih beragam, namun terasa modern dengan pernik instrumen dan accompaniment. Sesekali terdengar bunyi yang menggabungkan musik Jazz, populer dan kontemporer. Dalam perkembangannya, bunyi juga dihasilkan dengan tools yang berbeda, seperti sign-wave generators, alat pembangkit sinyal sinusoidal.  

Diperdengarkan pula komposisi ke-tujuh dari Stockhausen, Etude-Study in Concrete Music yang diciptakan tahun 1952. Selama lebih dari tiga menit, terdengar benda-benda yang digeser, digaruk, dipukul, diotak-atik, bahkan digesek untuk menghasilkan kesinambungan bunyi. Di masa ini lah masa di mana komponis tidak lagi mempedulikan batas antara concrete dan synthetic sounds.

Gesang der Junglinge (Song of the Youths) milik Stockhausen terdengar cemerlang di awal, kemudian diikuti suara wanita dan anak kecil yang bersahutan menyuarakan beberapa nada berlainan. Juga terdengar nada minor dari string, dan tambahan efek elektronik dikemas dengan permainan volume yang dinamis. Membesar dan mengecil secara tiba-tiba, fade out, untuk kemudian muncul kembali. Komposisi ini benar-benar mengulik beragam bunyi dengan dinamika ekstrem.  

Death tones dan pure tones merupakan bentuk pembagian tone dari seorang komposer asal Belgia, Karel Goeyvaerts. Death tones didefinisikan sebagai bunyi yang didominasi oleh sign waves sedangakan pure tones jauh lebih kaya dengan overtones. Untuk menjelaskannya lebih jauh, Piet Hein meminta audiens untuk mendengar perbandingan dua komposisi Goeyvaerts yaitu Study 4 dan Study 5. Audiens dapat mendengar death tones dengan kecenderungan monoton. Hal itu diekspresikan oleh komposer dengan wujud seperti nada bel yang dimainkan bersahutan. Pola yang sama mengalami repetisi sehingga terkesan sama. Sedangkan pure tones lebih liar dalam pola. Nada-nadanya pun dinamis, tak terikat dengan durasi tertentu. Pure tones terdengar dinamis dan variatif. Namun jika pure tones dan death tones dikombinasikan, mampu tercipta komposisi bunyi yang menarik. 

Dalam electronic music, komposer Hungaria-Austria, Gyorgy Ligeti lah yang menciptakan Articulation, sebuah komposisi yang menggabungkan berbagai tones. Bahkan Ligeti menciptakan score yang bisa menampilkan secara real time, yaitu score dan bunyi yang berkesesuaian. Bentuk-bentuk yang ada di dalam score berupa grafik notasi menggambarkan karakter dari bunyi yang dihasilkan. 

Perkembangan kembali dilakukan oleh Iannis Xenakis, komposer Yunani-Prancis yang menciptakan komposisi berjudul Concrete PH. Dulu disebut sebagai concrete music, untuk kemudian lebih banyak dikenal sebagai "electronic music" saat ini. Luciano Berio, komposer asal Italia menyambut tongkat estafet dengan meleburkan batasan synthetic sounds dan concrete sounds pada karyanya. Komposisi yang diciptakannya terdengar seakan seseorang sedang menggeram memainkan berbagai suara dari mulut diiringi berbagai bunyi-bunyi lain dalam Visage for Electronic Sounds and Cathy Barbarians Voice on Tape. Piet Hein mengingat, di tahun 1983, ia sempat bertemu dengan Slamet Abdul Sjukur dan mereferensikan komposisi ini pada SAS. Setelah itu, di tahun 2014 lalu digelar konser Sluman Slumun Slamet dalam rangka memperingati 79 tahun SAS, di salah satu karyanya, Piet Hein menduga kuat komposisi Berio tersebut menginspirasi karya SAS yang berjudul Gelandangan. 

Waktu berkarya dari tahun 1929 hingga 2005 hidup seorang Luc Ferrari, ia menciptakan komposisi Soundscape Fullscale pertama kalinya. Komposisi ini terdengar bagai bunyi gerimis yang samar, kemudian di bagian tengah digabungkan dengan bunyi-bunyi benda yang dijatuhkan, namun terkesan penuh perhitungan. Piet Hein memberikan batasan beda yang jelas antara soundscape dan concrete music. Concrete music tidak diciptakan pada perspektif sound awareness (kepekaan terhadap bunyi) dan acoustic ecology. Di sisi lain, soundscape ditampilkan di luar gedung pertunjukan, dan mengambil bunyi dari lingkungan dengan pertimbangan sound awareness dan accoustic ecology.
   
Concrete music, electronic music dan soundscapes bukan tentang style ataupun era dari musik, namun merupakan tool/instrumen baru bagi komposer. Ia mampu mewujud dalam berbagai style. Istilah tape music sudah tak lagi digunakan, alih-alih "tracks" untuk mendefinisikan berbagai bentuk bunyi yang telah direkam sebelumnya. Sedikit menyinggung tentang electro-accoustic yaitu perbedaannya dengan tiga jenis musik di atas, Piet Hein menjelaskan bahwa jenis ini adalah bentuk penggabungan antara musik elektronik dan akustik, di mana sebagian besar dilakukan secara live atau kombinasi live-tracks keduanya.  

Mengakhiri sesi berbagi, Piet Hein memperdengarkan The Tubes dari Michael Fahres. Komposisi tersebut terdengar seperti penggabungan suara ombak dan diberikan berbagai efek musik. Bunyi ombak diulang terus menerus dengan pola yang sama, namun bunyi yang menjadi "tambahan"nya divariasikan sedemikian rupa. 

Piet Hein membawa audiens ke sebuah pemahaman baru tentang sejarah perkembangan variasi musik dari sudut pandang yang berbeda, yaitu musik elektronik, musik konkret dan soundscape, juga hal lainnya yang berkembang bersama era tersebut. Mengenal musik dengan perspektif yang lebih luas mampu membawa pencinta musik meningkatkan sound awareness, kepekaan terhadap bunyi.   


No comments:

Post a Comment