Lala menggeleng pada Icon. Ia ingat kata Mama. Jangan main hujan. Nanti sakit.
"Ayolah, Laa. Masa kamu enggak pernah sekali aja main
hujan sih?" Icon agak kesal. Mana mungkin di dunia ini ada anak yang belum
pernah main hujan?
Icon menjulurkan tangan ke tetesan hujan. Ia agak bergidik.
Airnya ternyata dingin. Lala menatap curiga pada Icon.
"Kenapa, Con? Airnya dingin, kan? Kubilang juga apa.
Ayo pulang pakai payung aja!"
"Ee.. enggak! Ini enggak dingin, kok!" Icon
melesat ke arah jalan, bertemu hujan.
"Icoon! Nanti kamu sakit, lho!" Lala berteriak
sambil melambai pada Icon. Ia mengajak Icon kembali berteduh.
Bukan Icon namanya kalau tak bandel. Ia malah menari-nari di
tengah hujan. Tariannya aneh. Goyang pinggul kanan-kiri, angkat tangan,
lambai-lambai, putar-putar delapan kali. Seperti senam yang biasa nenek Lala
lakukan di rumah. Lala geleng-geleng kepala melihatnya.
Icon melihat Lala. Bukannya kembali, Icon malah
menghentak-hentakkan kakinya di kubangan air warna cokelat. "Horee, horee!
Ini kayak susu cokelat!"
"Susu cokelat enggak pakai lumpur dong, Icoon! Sudah,
ayo pulang!" Lala jadi heran pada dirinya sendiri. Biasanya dia yang
dimarahi Mama. Sekarang, dia yang mengomel pada Icon.
Lala membuka payung kuning yang dibawakan Mama dari rumah.
Lala curiga Mama peramal. Mama selalu tahu apa yang Lala akan butuhkan. Padahal
tadi pagi Lala menolak habis-habisan ada payung di dalam tasnya. Siapa yang
tahu jika hari ini akan hujan, kan?
Lala mulai melangkah. Ia berjalan pelan-pelan. Pokoknya ia
tak boleh kena basah. Lala tak mau membuat Mama repot kalau ia jatuh sakit.
Sepatunya juga jangan sampai kena lumpur. Nanti Mama akan kesusahan mencucinya.
Lala berjingkat-jingkat menjauhi genangan air. Satu, dua.
Yeah! Ia selamat dari genangan. Tinggal satu genangan lagi untuk selamat sampai
ke jalan. Hup! Lala melompat. Suara kecipak keras mengagetkan Lala. Icon
mendorongnya. Kaki Lala masuk ke dalam genangan yang akan ia hindari.
"Icooon!" Lala belum pernah berteriak sekeras ini.
Icon menyebalkan.
Bagaimana ini? Sepatunya sudah berubah jadi perahu.
Sayangnya, perahu yang bocor. Air cokelat itu masuk ke sepatunya.
Icon mulai joget lagi dengan tariannya. Goyang pinggul,
lambai-lambai, putar-putar. Lala putus asa melihat sahabatnya. Seragam, rambut,
sepatu Icon sudah kuyup. Tapi wajahnya gembira sekali. Senyumnya lebar, suara
tawanya meriah. Lala jadi iri.
"Ayo!" Icon mengambil payung Lala. Lala melotot
dan mulai mengomel. Ia jadi basah! Ialah si Icon yang tak peduli. Ia malah
mengajak Lala menari bersama-sama! Goyang pinggul, lambai-lambai, putar-putar.
"Icon! Malu tuh!" kata Lala sambil menunjuk pada
bapak tukang parkir yang melihat mereka berdua.
Lala menutup muka dengan kedua telapak tangannya karena
malu. Ia memejamkan mata. Lala merasakan air hujan yang mengenai kepalanya.
Kalau Lala memejamkan mata seperti ini, hujan terasa berbeda. Rasanya sejuk!
"Lala, sini!" Icon berteriak dari kejauhan.
Lala membuka telapak tangannya. Ia terkejut sekali!
Butir-butir air hujan menjadi permen bulat warna-warni. Hijau, merah, pink,
ungu, kuning, cokelat, putih, dan... pokoknya banyak! Permen-permen itu hinggap
di pohon, atap, jalan, bahkan saku seragam Lala dan Icon.
"Waaa!" mereka berteriak bersamaan. Icon dan Lala
membuka mulut lebar-lebar. Mereka berlomba untuk menelan permen sebanyak
mungkin. Puas makan permen, Icon bergulingan di lautan permen di jalan. Lala
bermain tangkap permen dengan tangannya.
Lala merasa dadanya akan meledak karena gembira. Ia
berteriak-teriak sepuasnya. Berlari-lari. Tertawa-tawa. Menari-nari. Tak ada
Mama yang berkata tidak boleh. Tidak ada tukang parkir yang melihat mereka
dengan heran. Saat ini cuma ada Icon dan Lala yang bermain di dunia permen!
***
Ketika Icon menari-nari entah keberapa kalinya, hujan permen berhenti. Lala dan Icon mengedipkan
mata. Mereka kembali. Jalan yang becek, rambut yang basah, sepatu yang kotor.
Icon melihat wajah Lala yang kecewa. Dunia permen mereka lenyap. Icon
tersenyum. Ia merogoh saku dan memberikan sebutir permen ungu untuk Lala.
“Tadi aku simpan di dalam saku! Hehe!” kata Icon nyengir.
Lala mengunyah permen itu. Senyumnya lebar sekali. Senyum paling lebar yang pernah Lala miliki.
No comments:
Post a Comment