Pages

Saturday, December 10, 2016

Jurnal Pesiar Lembar Kedua

pe-si-ar v berkeliling kota dsb dng kendaraan; berjalan-jalan; bertamasya; pelesir;

Sesuai kata KBBI, agenda pesiar hari ke-dua dan ke-tiga kami tak hanya sebatas berlayar, menikmati pemandangan laut. Tapi juga turun untuk wisata darat, shore excursion. 

*** 

Setelah pulang makan malam di hari pertama, ada monyet putih bergelantungan di kamar. Saya dan Big A cukup terkejut. Ternyata kreasi handuk dari Pak Rudolf, room attendant kami adalah monyet. Setiap kamar mendapat "hewannya" masing-masing. Setelah kroscek ke "kamar para tetangga", ternyata ada babi atau anjing yang sudah duduk manis di atas tempat tidur mereka. Karena lucu dan unik, si monyet tetap kami biarkan di atas, bergelantungan hingga keesokan hari.

si gajah dan si monyet

Meski sepele, tapi kejutan kecil selain kamar yang sudah rapi setiap kali kembali dari makan malam memang menyenangkan. Soal handuk, awalnya saya kira akan berhenti di hari pertama. Karena menurut cruise compass, event demo kreasi handuk oleh awak kapal hanya ada di hari kedua. Selain itu, di kamar lain, kejutan handuk juga hanya sampai hari pertama. Namun nyatanya, hingga malam terakhir di kapal, saya dapat "hewan-hewan" yang berbeda setiap harinya. Karena merasa sayang, saya tak pernah mengubah bentuknya kecuali hanya memindahkan posisinya ke sofa.

si anjing

Bicara soal kamar, meski di dalam kapal, kamar yang kami tempati tak terlalu kecil. Begitu masuk,di bagian kanan sudah kamar mandi dengan wastafel, bilik shower, dan toilet. Meski mungil, namun efektif dan fungsional. Di sebelah kiri lemari kayu. Bedanya dengan kamar hotel di darat, di rak terbawah lemari tersedia dua life jackets untuk keadaan darurat. Berlanjut, sudah langsung disambut area santai dengan sofa panjang dan televisi yang terpasang di meja rias. Diikuti tempat tidur, dan balkon yang dibatasi oleh pintu kaca. Di awal masuk, langsung tertulis pemberitahuan terkait dengan pintu balkon. Ketika tamu membiarkan pintu pembatas antara balkon dan kamar terbuka atau tak rapat, maka pendingin ruangan secara otomatis akan mati.


view sunrise dari balkon kamar

stateroom 


Karena saya kerap bangun terlalu pagi dan masih ada sela waktu sebelum waktu breakfast, saya iseng saja keluar kamar karena ingin tahu kondisi kapal di pagi hari. Selain itu juga memang ingin mampir ke perpustakaan (buka 24 jam!). Ternyata memang acara yang berakhir larut semalam membuat mayoritas penumpang masih lelap. Saya hanya sesekali berpapasan dengan crew yang bertugas. Dan benar, saya kemudian leluasa memelototi satu per satu punggung buku yang ada di rak. Karena mengambil secara acak, saya memilih The Supreme Macaroni Company milik Adriana Trigiani, dan beberapa kali membuka-buka Webster Dictionary of American Writers. Kadang ada kegembiraan yang tidak bisa didapatkan dengan melakukan aktivitas fisik. Kebutuhan untuk tenang dan berdialog dengan diri sendiri. Karena itulah perpustakaan yang nyaman jadi favorit saya di antara fasilitas yang lain.   



Di deck atas perpustakaan persis, area komputer juga disediakan. Untuk koneksi internet, kapal menyediakan penjualan data dengan tarif tertentu. Informasinya bisa diakses di customer service deck 5.

Berpindah dari area yang sepi menuju ramai, pool area deck 11 menjadi salah satu area yang tak pernah sepi. Di sini tersedia beberapa kolam renang yang diperuntukkan untuk dewasa maupun anak-anak. Sementara jacuzzi dan sauna tersedia di area tersendiri yang diperuntukkan khusus untuk dewasa. Di area ini disediakan stall ice cream dan hot dog gratis.




Di area kolam renang ada layar raksasa yang memutarkan film yang berbeda setiap harinya. Nonton film di bawah bintang-bintang dan bersanding dengan lautan, bukan mustahil.

Area yang nyaris tak pernah sepi lainnya adalah Royal Promenade. Area "down town" ini bisa ditemukan cafe, gerai barang bermerk, dan lainnya. Cafe tepi jalan, Cafe Promenade buka 24 jam. Penumpang bisa mengudap makanan kecil mulai cake hingga puddingpizza hingga sandwich. Di area ini juga sering diadakan acara parade, dance party di malam terakhir, hingga tampilan musik jazz. Mendekati Natal di akhir tahun, pohon natal raksasa juga turut dalam dekorasi.

Royal Promenade

geng batak yang doyan ngemil cookies di cafe promenade

Anak-anak bisa jadi makhluk paling gembira di atas kapal. Kapal bahkan menyediakan Arcade, tempat bermain. Tinggal menggesek sea pass card, anak-anak bisa menikmati berbagai jenis permainan sesuka hati. Mulai balap mobil, hingga permainan ketangkasan. Poin yang didapatkan bisa ditukarkan dengan sejumlah pilihan hadiah. Di akhir perjalanan cruise, beberapa token permainan didiskon setengah harga. Anak-anak : kalap!



Lokasi favorit Little A dan Big A! 

Makan siang kami di hari kedua bukan di Windjammer. Kami diajak untuk mencoba sajian resto burger Johnny Rockets. Berkonsep ala western 50-an, interiornya pun menyesuaikan. Kursi bar tinggi, warna serba merah-hitam-putih, dan musik oldies. Sangat casual. Di hari sebelumnya, kami sudah diwanti-wanti untuk tak terlalu banyak mengudap sarapan, agar perut masih punya ruang besar untuk burger Johnny Rockets yang berukuran besar.





Ternyata benar. Sajiannya berbagai macam. Mulai burger, french fries, soda,bahkan ramen untuk memenuhi selera Asia. Ukuran burger-nya, jangan ditanya. Sudah coba buka mulut selebar mungkin, saya masih gagal menggigit semua bagiannya. Akhirnya menyerah, dan pakai pisau dan garpu saja.



Meski sudah waktunya turun kapal untuk menuju Kuala Lumpur, namun ternyata rombongan kami tidak turun kapal. Kami justru menuju area depan kapal di mana ada helipad. Lokasinya memang sepi, karena tak banyak penumpang yang menyambanginya. Helipad diperlukan jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat, seperti mengangkut penumpang yang sakitnya tak mampu ditangani petugas medis di atas kapal. Ini jadi sudut berfoto yang berbeda. Mulai pose biasa, hingga pose kayang di tengah huruf H, seperti yang Little A lakukan.



bagian ujung kapal. Mau ber-Jack dan Rose? Silakan!

Puas mengambil gambar di sini, kami ingin menyaksikan badan kapal dari kejauhan. Maka kami turun menuju Port Klang, Malaysia meski tak turut serta ke KL. Di pelabuhan disediakan supermarket mini, toko souvenir, dan jika bisa mengambil sudut yang tepat, bisa berfoto dengan badan kapal yang besar tampak kejauhan. Saat turun, kami tak perlu menunjukkan paspor, karena di awal keberangkatan, paspor diminta, sebagai gantinya, sea pass card lah yang menjadi pengenal identitas hingga akhir waktu berlayar.

Nah, salah satu yang diminta secara khusus di tiap pesiar adalah aturan formal dinner yang diberlakukan satu kali dalam perjalanan cruise pendek, atau beberapa kali dalam perjalanan beberapa belas hari cruise. Selain itu juga ada aturan sederhana, seperti tidak diperbolehkan bercelana pendek dan memakai sandal setiap makan malam. Hal itu untuk menghidupkan kesan makan malam formal di antara penumpang, karena setiap makan malam sifatnya semi formal. Di makan malam kedua, kami diminta untuk mengenakan pakaian formal. Di malam ini pula, kapten kapal memberikan sambutan selamat datang pada seluruh penumpang. Penumpang yang biasanya berkaus, tiba-tiba berubah menjadi kemeja resmi. Wanita disarankan memakai gaun malam. Tentang pilihan makanan, menu makan malam berubah setiap harinya, baik appetizermain course, maupun dessert. Waiter biasanya memberikan rekomendasi apa yang spesial dari menunya, dan menyesuaikan dengan keinginan kita. Menunya beragam. Mulai hidangan western hingga India. Saya duga, karena penumpang mayoritas Asia, menu pun menyesuaikan. Suatu kali, saya pernah ragu dalam memillih makanan penutup. Sekadar coba-coba, saya memesan semacam mango rice. Dan saya tanyakan pada Xiolong, waiter kami apakah itu enak. Ia katakan, jika nanti hidangan itu tak cocok dengan lidah saya, bisa ia tukar dengan dessert yang lain. Ketika dessert datang dan saya mencobanya beberapa suap, Xiaolong menanyakan kembali apa saya ingin tukar. Penumpang sangat dimanjakan hingga hal terkecil. Saya sempat berniat memburu sun set di awal berlayar, namun ternyata selalu gagal karena selalu bertepatan dengan jam makan malam. Tapi tak apa, kami masih bisa sesekali melihatnya melalui jendela ruang makan.

view setiap makan malam dari kursi saya

Kenyang makan malam, acara malam berikutnya adalah menonton pertunjukan broadway di Savoy Theatre deck 3. Peserta cruise disuguhkan berbagai plot cerita pendek yang dipentaskan dalam bentuk teatrikal dan diiringi band secara langsung. Di saat yang bersamaan dengan broadway, di Royal Promenade diselenggarakan bazaar serba $10 oleh beberapa merk. Kapal juga mewadahi keinginan para penggila belanja, rupanya. Di akhir waktu berlayar kami pun masih ada promo clearance sale dan tambahan diskon di beberapa gerai barang bermerk.





Tak semua penumpang memutuskan untuk turun dan turut serta dalam shore excursion, karena fasilitas di atas kapal pun seakan tak habis untuk dicoba dan dijelajahi. Pagi hari, ketika mengintip ke balkon, saya sudah melihat kami melewati pulau-pulau kecil. Penumpang pun bisa tahu posisi kapal saat itu dengan layanan televisi di channel internal kapal. Semacam monitor di pesawat terbang untuk kita mengetahui lokasi di mana pesawat sedang berada.




Di hari ketiga, kapal merapat pada pelabuhan di Langkawi, Malaysia. Kami turut serta secara penuh kali ini. Setelah sarapan, kami berkumpul untuk bersama-sama dengan penumpang lain menjajal wisata darat. Penumpang tak bisa begitu saja turun, namun mesti diatur dalam grup-grup yang dikoordinir oleh salah satu crew kapal. Masing-masing peserta diberikan stiker angka sesuai nomor grup untuk ditempelkan di tubuh. Sebelumnya kami sudah mendapat tiket untuk wisata darat yang diletakkan room attendant di atas tempat tidur. Begitu turun, sudah ada beberapa bus yang menunggu. Setiap grup berada di dalam satu bus yang sama.



Mengingatkan pada adegan-adegan di film Anna and The King, Langkawi memang tersohor dengan pantainya. Pihak travel membawa kami berkeliling ke beberapa destinasi, seperti toko cokelat, rice museum, dan akuarium besar. Menariknya, karena lokasinya yang tenang, Langkawi jamak dijadikan tempat berharitua oleh beberapa turis asing. Mereka hanya mesti membayar sekian Ringgit untuk mendapat izinnya.   

underwater world Langkawi

salah satu sudut rice museum
view dari pelabuhan Langkawi



Beberapa dari kami mengganggap wisata di atas kapal lebih menarik, jadi hanya beberapa jam kemudian, kami sudah kembali ke atas kapal. Crew kapal sudah memberikan pemberitahuan tentang jam keberangkatan kembali kapal. Maka jika ada penumpang yang memutuskan untuk melakukan shore excursion sendiri pun tak apa, asalkan bisa kembali ke pelabuhan tepat waktu. Karena kapal sedang merapat, sebelum naik, kebanyakan penumpang (termasuk saya) mengambil gambar, karena terlihat badan kapal yang raksasa. 

hanya terlihat setengah panjang kapal

Karena cukup lelah setelah wisata darat dan masih ada waktu sebelum makan malam, saya memilih untuk istirahat di kamar. Tak tidur, justru duduk di balkon sambil baca buku. Little A, Big A, dan Bu Ade memilih untuk berenang mumpung cuaca sedang tidak terlalu terik. Makan malam kali ini agak berbeda. Kami mencoba Giovanni's Table, resto Italia di deck 11. Dibanding Grand Dining Room, Giovanni tampak lebih lengang. Karena memang penumpang mesti membayar biaya tambahan untuk makan di sini. Namun meja-meja tetap penuh terisi, karena konon resto ini selalu jadi pilihan favorit. Dari meja makan, tamu bisa melihat para chef yang sedang memasak, waiter yang hilir-mudik, dan kepala resto yang mensupervisi setiap pesanan. Kami disambut oleh waiter perempuan asal Filipina yang sangat ramah. Pelayanan di Giovanni's lebih spesial lagi. Detail sangat diperhatikan. Anak-anak? diutamakan! Little A dapat buku menu khusus, makanan yang datang lebih cepat, spaghetti yang dipotongkan, dan bermacam lainnya. Beberapa keluarga juga memilih makan malam di Giovanni's. Obrolan-obrolan mengalir. Tapi nyatanya yang paling tahan lama duduk di tempat dan ngobrol hanya grup indo. Ketika "tetangga-tetangga" kami sudah pergi dan mejanya diisi oleh pelanggan berikutnya, kami masih asik berlama-lama mengobrol. Bukan urusan selokan saja yang diselesaikan dengan musyawarah, urusan makan pun juga gotong royong. hiruk pikuk. Orang Indonesia memang menyenangkan! :D

salah satu main course di Giovanni's

appetizer
Shore excursion memang pengalaman yang berbeda. Namun mencoba berbagai fasilitas di atas kapal tampaknya masih lebih banyak jadi pilihan penumpang. Keesokan harinya : kami sehari penuh di atas kapal!



No comments:

Post a Comment